Jumat, 12 Agustus 2016

Hujan meteor Perseids 12/13 Agustus 2016

Jumat malam, 12/13 Agustus 2016 menjelang tengah malam hingga menjelang fajar langit akan disuguhi pertunjukan langit malam yaitu hujan meteor. Hujan meteor yang dikenal dengan nama Perseids akan turut menyemarakkan HUT RI ke-71 tahun ini. Dinamakan Perseids karena pusat radiant meteor ini dari Rasi Perseus. Perseids merupakan salah satu fenomena hujan meteor terbesar setiap tahunnya. Asal meteor shower Perseids disebabkan oleh sisa-sisa debu ekor komet 109P/Swift-Tuttle yang pertama kali teramati pada tahun 1862. Swift-Tuttle begitu legendaris karena pada 14 Agustus 2126 diramalkan bakal berbenturan dengan Bumi. Perseids dapat menampakkan 80 hingga 100 meteor setiap jam saat malam puncaknya serta kecepatannya yang mencapai 60 km/detik menjadikan meteor ini terlihat melesat lebih cepat dibanding meteor lain. Shower ini juga dikenal sering menghasilkan goresan cahaya yang panjang terutama jika ia berada cukup jauh dari radiantnya. Pandangalah ke semua penjuru langit karena meteor dapat terlihat dimana saja, terutama di arah area langit Utara dan Timur. Radiant meteor yaitu Rasi Perseus terbit di arah Timur Laut sekitar pukul 11 malam. Beruntung cahaya bulan kali ini tidak mengganggu kenampakan Perseids dikarenakan pada fase bulan seperempat sehingga sudah terbenam selepas tengah malam. Planet Mars dan Saturnus, Rasi Scorpius di langit Barat serta Rasi Orion yang menawan di Timur akan menemani anda dalam pengamatan. Shower ini dapat disaksikan mulai pukul 22.00 malam hingga pagi sebelum fajar menyingsing. Segeralah bergabung dengan klub2 astronomi di kota anda untuk melakukan pengamatan bersama, ajak teman dan saudara cari tempat yang lapang dan gulita, berbaringlah rileks, dan nikmatilah pertunjukan Perseids kali ini, cukup dengan mata telanjang tak perlu teleskop maupun binokuler. Jangan lupa hitung berapa meteor yang dapat anda saksikan malam itu. ‪#‎Perseids2016‬

Senin, 08 Agustus 2016


Nasihat berharga dari mimbar Masjidil Haram tentang peringatan terhadap gaya hidup berlebih-lebihan. Disampaikan oleh Ma’aly Syaikh Sholeh bin Abdullah bin Humaid hafizhahullah di dalamKhutbah Jum’at siang ini. Saya hadirkan ringkasannya buat sahabat sekalian. Semoga bermanfaat.
Kaum Muslimin Sekalian
Bertakwalah kepada Allah, sebab ukuran seseorang di sisi Allah adalah dengan ketakwaannya, bukan karena dia paling kaya atau paling kuat. Perhatikanlah wahai hamba Allah kedudukan anda di sisi Rabb anda, bukan posisi Anda di sisi manusia. Betapa banyak orang yang terkenal di Bumi, namun tak dikenal di langit. Dan betapa banyak orang yang tidak masyhur di bumi, namun dia masyhur di langit. Allah merahasiakan diterimanya amal, agar hati tetap merasa khawatir. Dan Dia menjadikan pintu taubat tetap terbuka, agar segenap hamba tetap optimis. Dan Dia menjadikan nilai suatu amal tergantung pada akhirnya, agar seseorang tidak berbesar diri.
Saudara-saudara seiman..
Sesungguhnya Allah telah menjadikan harta benda memiliki pengaruh di dalam kehidupan manusia, untuk keberlangsungannya, kesempurnaannya, kemuliaannya, kebahagiaannya, pengetahuannya, kesehatannya, kekuatannya, keluasan pembangunannya dan kekuasaannya. Allah jadikan harta itu sebagai penyangga bagi manusia dan pokok kehidupan. Allah berfirman,
وَلا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (QS. an-Nisa’: 5)
Maksudnya bahwa dengan harta itu kehidupan akan lancar dan maslahat umum maupun khusus dapat tercapai. Dan Allah juga sifati harta itu sebagai perhiasan kehidupan dunia.
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. al-Kahfi: 46)
Memelihara harta di dalam Islam merupakan salah satu dari lima perkara pokok yang tegak di atasnya agama dan kehidupan manusia.
Sebagaimana Allah menjadikan harta sebagai sebab untuk memelihara badan, yang juga berarti memelihara jiwa, harta juga merupakan factor utama dalam memakmurkan dunia dan akhirat. Sebagian ulama salaf berkata, “Tiada kemuliaan kecuali dengan kedermawanan. Dan tiada kedermawanan kecuali dengan harta.” Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kebodohan dalam mengelola penghasilan lebih aku khawatirkan atas kalian daripada kondisi miskin itu sendiri. Sebab tidaklah berkurang sesuatu dengan berbuat baik. Dan tidaklah tersisa sesuatu dengan kerusakan.”
Syari’at tidaklah melarang mencari, mengembangkan dan menyimpan harta benda. Bahkan ia menganjurkan dan mendorong hal itu. Akan tetapi syari’at mengharamkan cara-cara terlarang di dalam mencari dan membelanjakan harta. Siapa yang mencintai Allah, merasa diawasi olehNya dan senantiasa mengharap ridhaNya, maka dia konsisten di atas syari’atNya.
Kaum muslimin sekalian..
Umat ini menjadi besar dan luhur di atas langit kemuliaan dengan beberapa faktor, dan di antara yang terpenting dan nyata adalah bahwa ia memelihara hartanya, bersikap ekonomis di dalam membelanjakannya dan terarah dalam mengkonsumsinya.
Tidak ada yang istimewa bagi suatu umat yang meletakkan di atas meja makannya beragam makanan dan aneka hidangan. Umat ini mulia karena ia memiliki orang-orang yang berbadan sehat, bertekad kuat, berpandangan cemerlang, memiliki obsesi tinggi dan semangat membara.
Sesungguhnya tenggelam dalam kelezatan makanan dan terobsesi oleh gemerlap dunia adalah tindakan yang terlalu rendah untuk dikejar-kejar, demikian itu seperti yang tampak dari pola hidup sebagian manusia di zaman ini.
Saudara-saudara sekalian..
Berlebih-lebihan akan menumbuhkan akhlak yang buruk, seperti pengecut, zalim, tidak amanah dan sikap pelit dalam berbagai aspek kebaikan. Ketergantungan dengan kelezatan hidup dan berbagai selera jiwa akan memperkuat ketamakan terhadap kehidupan dunia dan menjauhkan diri dari sikap berkorban, memberi, mulia dan berjiwa besar. Jiwa-jiwa yang boros lemah obsesinya. Ia dibawa oleh kelezatan yang direguknya jauh dari perhatian yang produktif. Oleh sebab itu ia tercegah dari produktifitas dan melahirkan karya.
Adalah sesuatu yang jelas dan lumrah, bahwasanya kecerdasan, kecemerlangan dan pandangan visioner tidaklah dapat digapai kecuali dengan menanggung segala resiko, menempuh rintangan dan melalui bahaya. Sementara orang yang suka hidup konsumtif itu lemah tekadnya dan ringkih cara berfikirnya.
Sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas dalam hal makanan dan konsumsi, berlebihan dalam soal kuliner dan ragam sajian, tidaklah layak mengemban amal-amal mulia. Semangat mereka yang ringkih tidaklah mendorong mereka untuk kemuliaan dan pengorbanan.
Saudara-saudara seiman...
Sikap berlebihan akan mendorong seseorang untuk berbuat zalim dan tidak adil, sebab obsesi orang yang boros itu hanyalah memuaskan syahwatnya dan dia tidak akan peduli apakah penghasilannya dari cara yang benar atau tidak. Dia akan mudah mengambil apa yang ada di tangan orang lain dengan cara yang licik dan sarana yang tidak benar. Orang yang tenggelam dalam ragam kelezatan, lemah sifat amanahnya. Menuruti syahwat dirinya sangat dominan dan kecenderungan kepada kelezatan baginya sungguh besar.
Sikap boros mencegah seseorang terbiasa berbagi dan melakukan kebaikan. Sebab kelezatan yang dia reguk memenuhi ruang hatinya. Hasrat dan obsesinya hanyalah memberi dirinya segala yang diinginkannya. Orang-orang yang berlebihan membelenggu tangan-tangan mereka, sementara orang-orang dermawan membentangkannya untuk orang-orang yang membutuhkan, fakir miskin, orang yang tertimpa bencana dan para pengungsi demi mencari ridha Allah, karena rasa tanggung jawab dan sebagai manifestasi dari kesyukuran terhadap nikmat Allah, serta dorongan di dalam jiwa, berupa muruah, hak bersaudara dan panggilan perasaan.
Kaum muslimin sekalian..
Sikap berlebihan terlarang di dalam syari’at. Allah berfirman,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf: 31)
Sikap berlebih-lebihan bertentangan dengan konsep memelihara harta, sedangkan memelihara harta berarti memelihara agama dan kehormatan. Sungguh ada ungkapan, “Siapa yang memelihara harta, maka dia telah memelihara dua kemuliaan, yaitu agama dan kehormatan.”
Ketika sampai kepada Bisyr bin Harits kabar bahwa ada satu keluarga yang berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta pusaka yang diwariskan kepada mereka, beliau berkata, “Hendaknya kalian bersikap perhitungan dan hemat dalam berbelanja. Sungguh kalian tertidur dalam kondisi lapar namun masih memiliki harta, lebih aku sukai daripada kalian tertidur dalam kondisi kenyang namun harta kalian tidak tersisa.”
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh merupakan bentuk kefakihan seseorang, sikap hematnya dalam membelanjakan harta.”
Dan pada dasarnya, manusia itu cenderung melampaui batas jika dia merasa berada. Allah berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الأرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat.” (QS. asy-Syura: 27)
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى (٦)أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧)
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. al-‘Alaq: 6-7)
Kaum muslimin sekalian..
Sungguh fenomena berlebih-lebihan belakangan ini tampak begitu menyedihkan. orang yang berada berlebih-lebihan, orang yang tidak punya rela berhutang untuk hidup konsumtif dan memenuhi keinginan yang sebenarnya tidak dia butuhkan. Dan ini adalah bentuk materialisme dan budaya zaman ini.
Saudara-saudara sekalian...
Sikap berlebih-lebihan berdampak pada kesehatan. Di dalam hadits Miqdad bin Ma’di Yakrib, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Tidak ada wadah yang diisi oleh anak adam lebih buruk dari perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap yang dapat menegakkan tulang sulbinya. Jika mesti diisi, maka hendaknya sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Ahmad, Tirmizi, Nasa’I dan Ibnu Majah. Tirmizi berkata, hadits hasan)
Berlebihan di dalam hal makanan, kekenyangan, melampaui batas dan menuruti hawa nafsu, semuanya adalah tindakan menyakiti diri, penyimpangan secara medis, pemborosan dan melemahkan semangat.
Ibnu Hubairah berkata, “Tidak semestinya seorang muslim makan lebih dari yang dia butuhkan, sebab ia adalah jatahnya dan jatah selainnya. Pembagian porsi untuk dirinya dan bagi orang lain tidak dapat terwujud, kecuali dengan barometer kebutuhan masing-masing. Maka, tatkala dia mengambil sesuatu yang dia bersekutu di dalamnya dengan orang lain lebih dari hajatnya, maka sungguh dia telah menzalimi orang lain seukuran dengan yang dia ambil itu.”
Saudara-saudara sekalian..
Hari ini, dunia berjalan dengan sikap konsumtif di atas jalan kebinasaannya. Ada sekelompok orang yang memiliki cara pandang sangat pendek menelan mentah-mentah budaya demam komsumsi atau lebih tepatnya kebodohan konsumsi. Berlebih-lebihan pada pakaian, perhiasan dan segala gaya hidup dan produk terbaru dengan biaya besar, cara yang membinasakan dan perilaku yang hedonis.
Berlebih-lebihan dalam acara-acara kemasyarakatan, momen-momen suka cita dan duka cita, menetapkan mahar yang mahal dan uang belanja, resepsi dan makanan, dan sayangnya sebagian besar dari yang dibelanjakan itu hanya dibuang ke tempat sampah. Semoga Allah melindungi kita dari sikap kufur nikmat.
Berlebih-lebihan dalam traveling. Labih-lebih jika bepergian untuk sesuatu yang haram. Maka terkumpullah keburukan di atas keburukan. Na’udzu billah
Seperti halnya tindakan berlebih-lebihan secara pribadi diingkari, demikian halnya sikap boros dari suatu komunitas, instansi, yayasan, perusahaan dan Negara. Bahkan ini membawa dampak yang buruk dan efek berbahaya pada sektor ekonomi Negara dan kekayaannya. Hal ini dapat mengakibatkan ia terjerumus ke dalam kerugian dan kebangkrutannya. Na’udzu billah..
Bukankah ujung dari sikap berlebih-lebihan hanyalah penyesalan belaka?? Allah berfirman,
وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al-Isra’: 29)
Hamba Allah, Agama kalian menuntun untuk hidup sederhana, bukan tergantung kepada segala materi, agar manusia tidak menjadi hamba dirham dan dinar. Dan menganggap enteng sesuatu yang sedikit akan menjerumuskan kepada sikap mengentengkan yang banyak. Siapa yang menyia-nyiakan yang sedikit, maka dia menghilangkan yang banyak. Dia akan mendapat celaan di dunia dan akan mendapat dosa di akhirat. Dan sesuatu yang dibelanjakan untuk maksiat adalah dosa dan cela di sisi orang-orang yang berakal. Dan itu disebut tabdzir dan israf, sekalipun sedikit.
Kaum muslimin sekalian..
Sesungguhnya bagi badan ada kebutuhan. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka akan berakibat mudharat baginya. Sesuatu yang tercela lagi buruk adalah sikap berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan itu. Menggunakan perhiasan dan menikmati yang lezat dalam batasan wajar bukan bagian dari berlebih-lebihan, seperti yang ditunjukkan oleh firman Allah,
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf: 31)
Hal yang tercela adalah apa yang diambil dari sesuatu yang tidak halal dan diletakkan bukan pada tempatnya, yang memperbudak pelakunya, menguasai hatinya, menyibukkannya dari mengingat Allah dan hari akhir, dari hak-hak keluarganya dan saudara-saudaranya. Maka celaan itu lantaran perbuatan manusia, bukan karena semata-mata harta itu.
Sufyan bin Uyainah radhuyallahu ‘anhu berkata, “Apa yang dibelanjakan bukan pada ketaatan kepada Allah adalah israf, walaupun sedikit.”
Syaikhul Islam berkata, “Berlebih-lebihan dalam perkara mubah adalah termasuk melampaui batas dan ia termasuk dari berlebihan yang diharamkan. Dan meninggalkan yang boleh itu adalah bagian dari zuhud yang dibolehkan.”
Bahkan mereka mengatakan, “Sesungguhnya membelanjakan harta pada sesuatu yang semestinya namun lebih dari semestinya adalah israf yang tercela.”
Dan celakalah bagi orang yang dibuat angkuh oleh karunia dan kelapangan hidup, kemudian dia durhaka dan menghabiskan usianya di dalam gelimang hawa nafsu.
Ketahuilah bahwa media dengan segala jenisnya dan beragam iklannya memikul tanggung jawab yang berat dalam mengarahkan, menyadarkan, memotivasi dan memberi peringatan kepada masyarakat. Dan iklan-iklan komersil yang bersifat konsumtif lagi tidak mendidik itu memikul tanggung jawab yang besar dalam hal ini. Maka ia harus diarahkan, diluruskan dan hendaknya ia membantu manusia dalam memelihara badan dan harta mereka.
Semoga kita diberikan taufiqoleh Allah agar amanah di dalam menjaga amanah harta.
Mekah, 2 Dzul Qa’dah 1437 H


 >>>>NB:
Bagi sahabat yang jumatan di Masjidil Haram, dapat mendengarkan terjemahan khutbah secara langsung di FM 90.5 MHz. (radio di Mekah)
Bagi yang nun jauh di sana, semoga dimudahkan untuk segera merapat.
Mekah, 1/11/37

Jumat, 20 Mei 2016

160520 Khotbah Jum'at

KHUTBAH JUM’AT 13/8/1437 H
“Fenomena Penyebaran Kabar Dusta dan Solusinya”
Oleh: Ma’aly Syaikh Sholeh bin Humaid

Segala puji bagi Allah yang telah melapangkan dada orang-orang yang beriman dengan petunjuk, dan menutup hati orang-orang yang menyimpang sehingga mereka tidak sadar selamanya terhadap kebenaran. Aku memuji dan bersyukur kepada Allah yang Maha Suci atas karunianya yang tiada terhitung. Dan Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Tidak ada sekutu bagiNya, Tuhan Yang maha Tunggal lagi Maha Esa, Tuhan yang Satu dan hanya kepadaNya semua makhluk bergantung. Maha Suci Dia dan segala puji bagiNya, tiada beristri dan tidak pula beranak. Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, hamba yang paling mulia dan pemimpin yang paling agung, semulia-mulia orang yang berhijrah dan sebaik-baik orang yang terlahir di muka bumi. Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah baginya beserta keluarganya yang memiliki kemuliaan, kepemimpinan dan kedermawanan. Begitu juga bagi para sahabatnya yang baik lagi mulia, pembela agama yang tegas terhadap musuh, serta para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat. Dan semoga salam yang berlimpah dan bertambah senantiasa tercurah selamanya dan seterusnya.
Amma ba’du...
Aku berwasiat, wahai sekalian manusia, untuk kita semua agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah, semoga kalian mendapat rahmatNya. Dan di antara tanda-tanda adanya taufiq Allah bagi seorang hamba adalah adanya kemudahan dalam melakukan ketaatan, mengikuti Sunnah, berakhlak mulia, berbuat baik, memelihara waktu, peduli terhadap kaum muslimin dan membersamai orang-orang shaleh. Dan seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Setiap orang dimudahkan untuk menggapai sesuatu yang tercipta untuknya. Dan siapa yang beristikharah kepada Tuhannya, meminta pandangan sahabatnya dan mencurahkan segenap kemampuannya, sungguh dia telah melakukan sesuatu yang semestinya, dan dia telah terhindar dari segala cerca. Allah berfirman,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)

Kaum muslimin sekalian...
Peristiwa kecil atau berita dusta atau kabar yang meragukan atau informasi terpenggal, yang di dalamnya ada kebenaran dan kebatilan, semua itu mereka jadikan berita yang menghebohkan atau berita utama. Mereka penuhi dengannya siaran radio dan mereka jejali dengannya stasiun televisi. Untuk itu semua, diselenggarakan seminar dan dipasang gambar-gambar. Karenanya juga ditulis makalah-makalah dan berbagai argumen. Begitu juga ia menjadi tren media sosial, twitter dan sejenisnya. Hingga boleh jadi mereka jadikan ia sebagai sesuatu yang menakjubkan atau bahkan sebagai musibah yang besar, tanpa ada kredibilitas, tanpa pikir panjang dan tanpa solusi yang benar. Kemudian debu-debunya tersingkap dan terungkap kondisi sebenarnya, lalu anda tidak melihat pengaruh apapun, tidak terdengar suatu kabar lagi, yang ada hanya sesak di dalam jiwa, hal itu hanya mengalihkan orang dari sesuatu yang penting dan menyibukkan manusia dari maslahat umat. Itu semua diiringi oleh penebaran rasa takut, gejolak dan penyesatan.
Hamba Allah sekalian, tahukah anda siapa gerangan yang membuat polah itu?? Ini hanyalah tingkah polah orang-orang yang membuat kabar dusta. Mereka menyulut kekacauan, kegelisahan dan ketidaknyamanan. Mereka menebarkan segala yang membuat masyarakat inferior dan lemah. Mereka mengotak-atik perkara umum sebelum jelas kebenarannya atau sebelum mereka mempertimbangkan dampak dan akibatnya.
Saudara-saudara tercinta...
Biasanya di dalam upaya menyebar kabar dusta ini terdapat pemotongan ungkapan dan pemenggalan redaksi dari konteksnya. Lalu ungkapan yang dipenggal ini dikomentari dengan sesuatu yang tidak pantas, tidak benar dan jauh dari substansi makna sebenarnya, serta tidak layak dinisbatkan kepada orang yang mengeluarkan ungkapan tersebut.
Menyebar kabar dusta (berita hoax) berpotensi mengkerdikan tekad, meringkihkan semangat, melemahkan kekuatan dan mendatangkan keraguan pada kemampuan dan kompetensi. Ia juga menjadikan musuh seakan besar di hadapan mata dan ia hanya dibangun di atas cerita, problem dan peristiwa yang beredar seputar kefrustrasian, pesimistis dan kegagalan.
Ketika berita-berita dusta (hoax) ini tersebar, masyarakat tampak seakan-akan sangat rusak dan tidak ada kebaikan di dalamnya. Mereka selalu berbicara tentang orang-orang yang rusak dan menyimpang, sehingga orang yang menyimak info tersebut menganggap bahwa orang-orang yang tegar di atas kebenaran jumlahnya sedikit dan orang sholeh lebih sedikit lagi.
Mereka menghinakan orang-orang sholeh dan para pembawa perubahan. Seakan-akan orang shaleh sudah salah jalan dan para pembaharu itu sudah disorientasi. Mereka membesar-besarkan kesalahan dan kekeliruan. Mereka angkat-angkat orang yang hina dan mereka rendahkan orang-orang mulia. Mereka besarkan yang kecil dan mereka kecilkan yang besar. Mereka menghalangi jalan menuntut (kebenaran). Mereka mengotak-atik ini dan itu, menciptakan ketidaknyamanan dan lancang kepada pemimpin. Mereka membunuh obsesi, mematikan kreativitas dan merendahkan posisi orang-orang sukses.
Orang baik tidak memiliki tempat di sisi mereka. Dan orang yang membawa kebatilan bagi mereka adalah orang yang memegang kekang segala masalah. Dengan demikian, tercabutlah rasa percaya terhadap orang baik dan lenyaplah sikap mengambil teladan dari orang shaleh.
Mereka mengotak-atik masalah agama, politik, ekonomi, keamanan dan stabilitas sosial, pendidikan, kesehatan dan di semua aspek kehidupan, anda menyaksikan mereka menipu dan mengada-ada.
Mereka membesar-besarkan kemampuan musuh dan berbicara tentang kekuatan internasional dan pemegang kebijakan dalam hal kuantitas dan sumber daya mereka. Mereka mengangkat kedudukan lawan dan mengerdilkan kaumnya dan ban bangsanya sendiri, dalam kehinaan dan kedongkolan. Mereka mengekor di belakang musuh yang mereka anggap digdaya, baik secara sadar maupun tidak.
Sungguh, dalam koalisi Islam yang diberkahi, gerakan Ashifatul Hazmi, cita-cita dan gebrakan besar itu terdapat kebesaran yang membuat kita mampu mengangkat kepala, mematahkan segala klaim, menerangi jalan dan merumuskan solusi.
Saudara-saudara sekalian...
Orang-orang yang menyebar berita dusta itu hanya ingin merintangi, mengerdilkan dan menyebar fitnah. Allah berfirman,

“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.” (QS. al-Ahzab: 18)

“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka.” (QS. at-Taubah: 48)

Menyebarkan berita palsu hanyalah tradisinya orang-orang munafik. Allah berfirman,

“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (QS. al-Ahzab: 60)

Orang yang suka menyebar berita dusta hanya berbicara tentang penyakit, akan tetapi dia tidak peduli dengan obatnya. Dia hanya mengumbar aib dan melupakan segala keutamaan. Dia hanya terjebak dalam hal-hal negatif dan terhalang dari yang positif. Dia menampakkan hal tersebut, seakan-akan itulah kondisi yang tersebar di tengah masyarakat dan sifat yang dominan di tengah umat. Dia melakukan itu untuk mengerdilkan dan menyesatkan, dengan sesuatu yang kebenarannya hanya sedikit. Tindakan menyebar berita dusta ini selanjutnya merupakan permusuhan terhadap umat dan sikap lancang kepada pengikut kebenaran.
Saudara-saudara sekalian...
Medan penyebaran kabar dusta terbentang luas di surat kabar, majalah, tempat kerja, masjid, sekolah dan tempat-tempat umum. Kabar berita tersebar dan ragam peristiwa diceritakan. Semuanya tampak gamblang dengan gambaran yang tidak baik dan dibumbui olok-olokan. Mereka pelintir fakta dan putar balikkan. Mereka berkomentar sambil mentertawakan yang lain. Mereka angkat seenaknya siapa yang mereka inginkan dan mereka rendahkan siapa yang mereka kehendaki.
Dalam hal ini, sosial media menanggung dosa yang paling besar, ketika ia berperan mempercepat tersebarnya berita dusta, memperbesar peristiwa-peristiwa itu, memutus berita sebenarnya dan memperbanyak perputaran berita dusta tersebut.
Hamba Allah, Para ulama telah menetapkan bahwa menyebarkan berita palsu (hoax) hukumnya haram, tidak diperbolehkan melakukannya. Al-Qurthubi berkata, “Menyebar berita palsu hukumnya haram, karena dapat menyakiti orang-orang beriman.” Bahkan sebagian mereka memandang bahwa ia termasuk bagian dari dosa besar, karena Allah melaknat mereka dan menyandingkan mereka dengan orang-orang munafik. Allah berfirman,

“Dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” (QS. al-Ahzab: 61)

Dan Allah memerintahkan NabiNya untuk menyingkirkan dan memerangi mereka. Dan status keharamannya menjadi lebih besar di saat-saat kondisi fitnah dan situasi
tercekam musuh. Tidaklah yang demikian itu melainkan karena tindakan menyebar kabar palsu jika tersebar di tengah umat melainkan hanya akan memperburuk kondisi, menambah lemah dan mencerai beraikan barisan.
Saudara-saudara sekalian..
Selain orang-orang yang gandrung menyebar berita palsu, di belakang mereka ada orang-orang yang gemar mendengar berita dusta. Mereka adalah penyemarak majlis. Mereka tidak putus mengulang-ulang kisah palsu dan menyebar cerita dusta di tengah komunitas besar maupun kecil. Allah berfirman,

“Dan di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka.” (QS. at-Taubah: 47)

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". (QS. al-Maidah: 52)

Mereka mendistorsi kejadian sebenarnya dan memutarbalikkan fakta. Bahkan boleh jadi mereka memalsukan sejarah dan menjadikan sesuatu yang rendahan menempati posisi tinggi.
Sungguh betapa banyak orang yang menjadi follower dan tweeps, malang nasibnya. Mereka mengekor kepada orang-orang yang menyebar berita palsu. Mereka menyimak dengan seksama orang-orang yang menebar kerancuan dan kabar dusta itu. Mereka terfitnah olehnya, sehingga mengulang-ulang ungkapan mereka dan menyebar berita dusta itu. Dari itu, terciptalah di tengah-tengah umat kekacauan dan bencana yang tidak dapat dielakkan. Dan dari sana, akhirnya musuh mendapatkan sokongan yang tidak terbantahkan.
Kaum muslimin sekalian...
Sesungguhnya tindakan menyebar berita dusta ini memiliki tujuan dan muatan terorisme pemikiran, perang psikis, pelemahan semangat dan memasukkan kegalauan dan kesedihan kepada orang-orang yang mengikuti kebenaran dan bersemangat atas kemaslahatan agama, bangsa dan umat. Ini juga bertujuan menyebarkan fitnah dan gejolak di tengah masyarakat, menghilangkan rasa percaya terhadap para tokoh, ulama dan orang-orang sholeh. Ditambah lagi dengan polah orang-orang yang lalai, yang mana mereka cepat sekali menyebarkan berita dan peristiwa, tanpa berpikir panjang dan sikap bijak, dan tanpa mempertimbangkan maslahat dan mudharat, serta kemungkinan yang akan terjadi. Demikian itu oleh orang-orang yang tergesa-gesa dan terburu-buru berlomba dalam sesuatu yang tidak terpuji.
Bahkan boleh jadi motivasinya adalah kebencian terhadap orang lain dan fanatisme buta untuk menjatuhkan citra, merendahkan kedudukan, menggoyang posisi dan mencabut kepercayaan.
Oleh sebab itu, wahai hamba Allah, dapat dicermati korelasi antara tindakan menyebar berita palsu ini dengan serangkaian kekacauan, friksi, perpecahan dan suasana yang jauh dari harmoni dan ketenangan.
Orang yang suka menyebar berita palsu ini hanyalah terlihat galau, sedih, takut, berburuk sangka, frustrasi, selalu mengeluh, sering bosan dan bermuka masam. Citanya hanyalah kegagalan dan prestasinya hanyalah ketergelinciran. Dia hanya melihat kekakuan dan keburukan, tidak tampak baginya keceriaan maupun kebaikan manusia. Sungguh ini merupakan sikap pelampiasan dari beban kejiwaan dan keburukan akhlak, bahkan ia adalah pelarian dari tanggung jawab dan sikap acuh terhadap tingkah polah yang keliru, agar dirinya merasa puas dan sebagai justifikasi terhadap jalan yang dia tempuh.
Saudara sekalian...
Para penyebar berita palsu itu hanyalah ridha terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengharamkan diri mereka dilihat oleh Tuhan mereka dalam keadaan dan posisi yang dicintainya, seperti menolong umat, berusaha meninggikannya, mengangkat semangatnya dan menyokongnya. Dan biasanya, otak dari tindakan menyebar berita palsu ini adalah para musuh dan orang-orang munafik. Kemudian di belakang mereka ada orang-orang yang ringkih jiwanya lagi tidak mawas. Dan yang menyakitkan, bahwa mereka merupakan penduduk negeri, yang tahu jalan masuk dan jalan keluar serta tempat tersembunyi. Lalu mereka disambut oleh orang awam yang tidak tahu apa-apa.
Oleh sebab itu, setiap muslim yang bersemangat atas agamanya hendaknya dapat membaca bahaya tindakan ini dan besarnya dosa dan dampaknya. Hendaknya mereka berhati-hati dalam menyebar dan mendengar berita, tanpa membesar-besarkan komentar dan gambar-gambar provokatif. Kaum muslimin berada di dalam parit yang sama dan bahtera yang satu. Dan orang beriman tidak akan dimudharatkan oleh orang-orang yang menghinakan dan menyelisihi mereka. Allah berfirman,

“Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (QS. Ali Imran: 120)

Dan hendaknya kalian waspada agar tidak gegabah menyebar berita dusta atau menjadi korban berita palsu. Betapa baiknya jika kalian membuat saringan informasi, agar kalian mampu membedakan antara kabar palsu (hoax), seruan pembawa cerita dusta, dan kalian hanya mendengar suatu perkataan seraya mengambil yang baik darinya.
Waspadalah agar anda tidak terjatuh dalam tindakan menghinakan umat anda sendiri dan menjadi penyokong bagi musuh-musuhnya, baik anda sadari atau tidak. Dan hendaknya setiap pemangku pena, pemilik situs dan media memahami bahwa kelak dia akan
berdiri di hadapan Allah, bertanggung jawab atas setiap huruf yang dia tulis, setiap kata yang dia lontarkan maupun gambar yang dia unggah.
Sesungguhnya jalan yang benar dan titian yang selamat adalah bahwa hendaknya orang yang tidak berkompeten dan tidak memiliki kepentingan menghindari membahas sesuatu yang tidak penting baginya dan membiarkan suatu perkara diselesaikan oleh ahlinya dan suatu spesialisasi ditangani oleh pakarnya. “Dan bentuk baiknya keislaman seseorang adalah bila dia meninggalkan sesuatu yang tidak penting baginya.” “Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya berkata baik atau diam.”
Dan di antara kelembutan hukum dan hikmah Allah adalah bahwa pengikut kebenaran yang memiliki ilmu dan iman dari kalangan ulama yang terpercaya ditambahkan keteguhannya oleh Allah. Dengan itu, maka menjadi mantap hati seorang mukmin dan Allah pun mengangkat derajatnya sebab kemantapan hati ini. Begitu juga sikap tidak ridha dan selalu cemburu atas agama Allah dan benci terhadap kebatilan dengan sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan banyak puasa maupun shalat.
Aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk. 

“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. Dalam Keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.” (QS. al-Ahzab: 60-62)

Semoga Allah memberi kita semua manfaat dari petunjuk al-Qur’an dan Sunnah. Akhirnya, aku memohon ampunan Allah untuk kita semua dan untuk segenap kaum muslimin dari segala dosa dan salah. Mohonlah ampunan dariNya, sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah atas hidayahNya. Kesyukuran bagiNya atas segala karuniaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Tiada sekutu bagiNya, yang tetap dengan keesaanNya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Allah merahmati semesta alam dengan mengutus beliau. Semoga shalawat dan salam keberkahan tercurah baginya, beserta keluarganya, pemuka yang suci dan bagi sahabatnya yang mulia, juga bagi segenap tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, meniti jalan beliau, menempuh jejak beliau dan mengikuti sunnah beliau. Semoga salam terlimpah dan bertambah bagi beliau selamanya hingga akhir masa.
Amma ba’du..
Kaum muslimin sekalian..
Boleh jadi ada orang yang baik niatnya dan benar maksudnya, dia menyangka bahwa dalam tindakan menyebar berita palsu itu terdapat kebaikan, perubahan dan perbaikan. Dan dia mengira pula bahwa dia sedang memberikan isyarat waspada dan mencegah orang lain agar tidak terjerumus ke dalam bahaya. Akan tetapi, dia tidak menimbang antara kebaikan dan keburukannya, antara sisi positif dan negatifnya. Oleh karena itu, dia sejatinya hanya menggantungkan bencana dan kerusakan pada diri pendengar dan orang yang mengambil berita darinya. Akibatnya, semangat pun menjadi redup dan tekad pun menjadi luntur.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan antara tindakan menyebar berita palsu dengan nasihat dan mengingkari sesuatu. Nasihat itu suatu kemestian dan mengingkari kemungkaran itu adalah niscaya, serta melakukan amar makruf itu wajib. Sementara tindakan menyebar berita palsu berpotensi menyebarkan ruh inferior dan pesimisme, sesuai dengan sabda Nabi saw,

“Siapa yang mengatakan manusia telah celaka, maka dialah yang paling celaka.” (HR. Muslim)
Adapun nasihat dan peringatan bagi kaum muslimin, maka hal itu dilakukan dalam rangka meluruskan kerusakan dan penyimpangan. Tentu dengan kata-kata yang seimbang dan memperhatikan kondisi, situasi dan momentum. Demikian itu sesuai dengan tuntunan berlaku bijak dan dengan tutur yang baik. Bahkan lebih dari itu, dia dapat memberikan solusi yang efektif dan jalan keluar yang tepat. Orang yang ingin memperbaiki mengetahui penyakit karena dia mendiagnosa agar dia dapat memberikan terapi yang tepat. Dia juga mengetahui berbagai aib untuk mengobatinya dan mengetahui pula kadarnya jika dibandingkan dengan keutamaan yang dimiliki.
Kaum muslimin sekalian...
Dan di antara bentuk tindakan menyebar berita palsu dan jalan para penyebar berita dusta adalah upaya menyebarkan desas-desus atas nama kaum muslimin. Tujuannya adalah menyebarkan gejolak dan kekacauan dengan isu apapun. Mereka juga menyasar kesatuan kaum muslimin yang tidak tergantikan dengan kesatuan apapun dan ikatan dalam agama
yang tidak dapat diserupai dengan ikatan apapun. Terlebih ketika kaum muslimin datang ke negeri dan tanah suci ini, baik untuk menunaikan haji, umrah maupun berziarah, mereka merefleksikan satu kesatuan yang padu seraya melepaskan segala bentuk perbedaan yang ada. Allah berfirman,

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS. al-Baqarah: 197)

Bahkan mereka meyakini bahwa negeri yang suci ini, pada syi’ar dan tempat sucinya bukanlah medan untuk saling berselisih dan membersihkan sikap. Namun, para penyebar berita palsu itu datang untuk berusaha mengalihkan pandangan dari segala masalah yang mereka hadapi di negeri-negeri mereka dan problem yang menimpa bangsa mereka. Dari tersebarnya berita dusta itu, mereka ingin memanfaatkan momentum musim ibadah, saat kaum muslimin berkumpul dan di tempat-tempat suci untuk kepentingan politis, membuat kegaduhan dan kekacauan yang ujungnya adalah tersebarnya perpecahan dan merebaknya fitnah. Sesungguhnya menarik kaum muslimin ke dalam kondisi ini adalah merupakan tindakan merusak maqashid (tujuan) dari syi’ar dan tempat suci tersebut, juga merupakan upaya untuk mencegah tetamu Allah dari rasa aman dan tenang, serta konsentrasi di dalam beribadah dan merasakan aura kesucian waktu dan tempat ini.
Upaya tersebut bisa berupa demonstrasi, komunitas, slogan maupun syi’ar yang tidak bersesuaian sama sekali dengan agama Allah, yang tidak diizinkan oleh Allah di dalam kitabnya dan tidak pula oleh RasulNya di dalam hadits-hadits yang shahih, serta tidak dikatakan oleh seorangpun dari para ulama dan tidak pernah dilakukan oleh umat Islam, salaf maupun khalaf.
Oleh karena itu, dalam kebijakan politik Kerajaan Saudi Arabia, pelayan Dua Tanah Suci beserta rakyat dan pelindungnya, dengan izin Allah, menegaskan tidak bolehnyabagi siapa pun atau pihak manapun untuk mengeruhkan stabilitas sosial di Tanah Suci ini dan merbuat gaduh terhadap keamanan jamaah haji, umrah dan peziarah. Ia berkomitmen dan bertanggung jawab untuk membuat setiap aturan yang tegas dan tidak main-main dalam rangka memelihara keamanan negeri dan penduduk, baik warga asli maupun pendatang, baik yang ada di kota maupun di desa.
Sesungguhnya pelayan Dua Tanah Suci beserta wakilnya, pejabatnya dan warganya mencurahkan segenap upaya dalam rangka melayani Dua Tanah Suci ini dan segenap orang yang mengunjunginya, sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan rasa tanggung jawab. Bukti dari itu semua adalah segala sesuatu yang dapat menyejukkan mata setiap muslim, berupa karya, pelayanan, pembangunan dan prestasi, seperti yang disaksikan oleh para tetamu Allah dan disaksikan pula oleh segenap peziarah Tanah Suci ini secara langsung. Dan sungguh mereka akan menyaksikan lebih dari ini, dengan izin Allah.
Bertakwalah kepada Allah, semoga Allah merahmati kalian. Dan tetaplah saling menolong, saling merangkul, saling menasihati secara ikhlas dan saling menyayangi antar
sesama. Dan senantiasalah melakukan amal yang dapat menyatukan kalimat dan membuang jauh perselisihan, membuat mulia Islam dan kaum muslimin, memelihara bagi kaum muslimin agama mereka, serta melanggengkan rasa aman di negeri mereka. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Menjawab doa.

Yayasan Daarul Mushlihin Kendal

Ahmadi Usman
Ahmad Hidayatulloh
Alhamdulillah...
Pembangunan Masjid Ar-Roudhoh masih terus berjalan, Semoga Ramadhan bisa di gunakan dengan program awal Tahfidz Camp selama Ramadhan bekerja sama dengan Pondok Tahfidz Maqdis Al-Hufadz dibawah pimpinan Ustadz Reza H K.
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... kepada semua pihak yg sudah membantu dgn Do'a dan Dukungan dengan harta, semoga kebaikan semua dibalas oleh Alloh dengan balasan yang lebih baik di dunia dan akhirat...
Aamiiin....
Pondasi tempat wudlu dan toilet masjid Ar-Roudhoh, Jatinom, Kalibogor, Sukorejo, Kendal.
Mohon Doa dan Dukungan....


Alhamdulillah... setelah kmren hingga malam berjibaku dgn molen ngecor tuntas juga...
Semoga Alloh memberkahi kita semua....
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... atas Do'a dan dukungan semuanya....

lokasi google maps
click gambar untuk melihat lokasi pembangunan pesantren di google maps

Kepada Seluruh Ummat Islam, Kami dari pengurus Yayasan Daarul Mushlihin Memohon bantuan Do'a dan Dukungan dari bapak, ibu, saudara dan sahabat semuanya. Untuk terlaksanya pembangunan Masjid Ar-Roudhoh, Kalibogor, Sukorejo, Kendal. Dengan kerendahan hati, dan akhirnya kami ucapkan jazakumullohu khoirul jazaa...

 Rekening Donasi :

BSM :
7024026943
a/n Ahmadi
BNI Syariah :
0104908141
a/n Ahmadi
BRI :
7528-01-000618505
a/n Siti Baroroh
MANDIRI :
136-00-14597857
a/n Siti Baroroh

Jumat, 13 Mei 2016

Yayasan Daarul Mushlihin Kendal

Ahmadi Usman
Ahmad Hidayatulloh
Alhamdulillah...
Pembangunan Masjid Ar-Roudhoh masih terus berjalan, Semoga Ramadhan bisa di gunakan dengan program awal Tahfidz Camp selama Ramadhan bekerja sama dengan Pondok Tahfidz Maqdis Al-Hufadz dibawah pimpinan Ustadz Reza H K.
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... kepada semua pihak yg sudah membantu dgn Do'a dan Dukungan dengan harta, semoga kebaikan semua dibalas oleh Alloh dengan balasan yang lebih baik di dunia dan akhirat...
Aamiiin....

Alhamdulillah... setelah kmren hingga malam berjibaku dgn molen ngecor tuntas juga...
Semoga Alloh memberkahi kita semua....
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... atas Do'a dan dukungan semuanya....

Persiapan ngecor lantai 2 Masjid Ar-Roudhoh, Jatinom.
Yayasan Daaru Mushlihin, Kendal...
Ahad, 8 Mei 2016.
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... atas Doa dan Dukungannya...

lokasi google maps
click gambar untuk melihat lokasi pembangunan pesantren di google maps

Kepada Seluruh Ummat Islam, Kami dari pengurus Yayasan Daarul Mushlihin Memohon bantuan Do'a dan Dukungan dari bapak, ibu, saudara dan sahabat semuanya. Untuk terlaksanya pembangunan Masjid Ar-Roudhoh, Kalibogor, Sukorejo, Kendal. Dengan kerendahan hati, dan akhirnya kami ucapkan jazakumullohu khoirul jazaa...

 Rekening Donasi :

BSM :
7024026943
a/n Ahmadi
BNI Syariah :
0104908141
a/n Ahmadi
BRI :
7528-01-000618505
a/n Siti Baroroh
MANDIRI :
136-00-14597857
a/n Siti Baroroh

Senin, 18 April 2016

Yayasan Daarul Mushlihin Kendal

Ahmadi Usman
Ahmad Hidayatulloh

Alhamdulillah...
Pembangunan Masjid Ar-Roudhoh masih terus berjalan, Semoga Ramadhan bisa di gunakan dengan program awal Tahfidz Camp selama Ramadhan bekerja sama dengan Pondok Tahfidz Maqdis Al-Hufadz dibawah pimpinan Ustadz Reza H K.
Jazakumullohu Khoirul Jazaa... kepada semua pihak yg sudah membantu dgn Do'a dan Dukungan dengan harta, semoga kebaikan semua dibalas oleh Alloh dengan balasan yang lebih baik di dunia dan akhirat...
Aamiiin....


Pemasangan Kubah Masjid Ar-Roudhoh, Yayasan Daarul Mushlihin Kendal...
Jazakumulloh Khoirul Jazaa atas Doa dan Dukungan Kaum Muslimin...





Assalamualaikum...
Kepada Seluruh Ummat Islam, Kami dari pengurus Yayasan Daarul Mushlihin Memohon bantuan Do'a dan Dukungan dari bapak, ibu, saudara dan sahabat semuanya. Untuk terlaksanya pembangunan Masjid Ar-Roudhoh, Kalibogor, Sukorejo, Kendal. Dengan kerendahan hati, dan akhirnya kami ucapkan jazakumullohu khoirul jazaa...
Wassalamualaikum...
 Rekening Donasi :
BSM :
7024026943
a/n Ahmadi
BNI Syariah :
0104908141
a/n Ahmadi
BRI :
7528-01-000618505
a/n Siti Baroroh
MANDIRI :
136-00-14597857
a/n Siti Baroroh

Selasa, 22 Maret 2016

Hikmah Takut Kepada Allah

Shahih Bukhari 3219: Telah bercerita kepada kami Abu Al Walid telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari 'Uqbah bin 'Abdul Ghafir dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Ada seorang laki-laki dari umat sebelum kalian yang Allah berikan anugerah harta yang banyak. Orang itu berkata (kepada keluarganya) ketika menjelang kematiannya; "Ayah macam apakah aku ini di hadapan kalian?". Mereka menjawab; "Ayah yang baik". Orang itu berkata lagi; "Aku belum pernah beramal kebaikan sedikitpun. Untuk itu bila aku mati, bakarlah jasadku kemudian kumpulkan debu jasadku lalu buanglah pada hari datangnya angin kencang". Kemudian keluarganya melaksanakan apa yang dipesankannya. (Nanti pada hari qiyamat) Allah 'azza wajalla mengumpulkan debu jasadnya itu seraya berfirman: "Apa yang membuatmu menyuruh melakukan itu?". Orang itu menjawab; "KARENA AKU TAKUT KEPADAMU". Akhirnya orang itu BERJUMPA DENGAN ALLAH TA'ALA DENGAN MENDAPATKAN RAHMAT DARINYA". Dan Mu'adz berkata, telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Qatadah aku mendengar 'Uqbah bin 'Abdul Ghafir, aku mendengar Abu Sa'id Al Khudriy dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.


 Shahih Muslim 4949: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Marzuq bin Binti Mahdi bin Maimun telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Dahulu ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat baik sama sekali. Lalu ia berpesan kepada istri dan keluarganya; 'Wahai keluargaku, apabila aku meninggal dunia, maka bakarlah mayatku! Setelah itu, buanglah sebagian tubuhku di daratan dan sebagian lagi di lautan. Demi Allah, jika Allah menakdirkan niscaya Dia akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah Dia timpakan kepada makhluk lain di dunia ini.' Ketika orang tersebut meninggal, maka keluarganya pun melaksanakan pesannya, yaitu membakar jasadnya dan membuang sebagian ke daratan dan sebagian ke lautan. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan daratan agar menyatukan jasad orang tersebut dan Allah pun memerintahkan lautan agar menyatukan jasad orang itu. Setelah jasad terkumpul menjadi satu kembali di alam barzakh, maka Allah pun bertanya kepadanya: 'Hai hamba-Ku, mengapa kamu memerintahkan keluargamu untuk melakukan tindakan seperti itu? ' Orang laki-laki itu menjawab; 'Ya Allah ya Tuhanku, aku lakukan itu karena aku takut akan siksa-Mu, sedangkan Engkau adalah Dzat Yang Maha Tahu.' Akhirnya Allah pun mengampuninya."


Sunan Nasa'i 2052: Telah mengabarkan kepada kami Katsir bin 'Ubaid dia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri dari Humaid bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah dia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada seorang hamba yang berlebih-lebihan atas dirinya sendiri hingga kematian menjemputnya. Ia berkata berpesan keluarganya, "Jika aku mati, maka bakarlah aku, kemudian lumatkanlah aku lalu taburkanlah saat ada angin di laut. Demi Allah sungguh jika Allah mentakdirkan atas diriku, niscaya Dia akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada seorang pun dari makhluk-Nya! -Beliau bersabda-: Lalu keluarganya melakukan hal itu. Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman kepada segala sesuatu yang telah berikrar menghukumi dirinya sendiri 'Lakukanlah apa yang telah engkau putuskan untuk dirimu!." ketika ia berdiri di hadapan Allah -Azza wa Jalla - Dia berfirman, "Apa yang mendorongmu untuk melakukan apa yang telah engkau perbuat?" ia berkata; 'Rasa takut kepada-Mu."Lalu Allah mengampuninya." (Syaikh Al-Albani: Shahih)


 Sunan Ibnu Majah 4245: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Ishaq bin Manshur keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah memberitakan kepada kami Ma'mar dia berkata; Az Zuhri berkata; "Maukah aku ceritakan kepadamu dua hadits yang menakjubkan? Telah mengabarkan kepadaku Humaid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang laki-laki telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, ketika kematian telah tiba, ia berwasiat kepada anaknya seraya berkata; "Apabila aku mati, maka bakarlah jasadku, kemudian jadikanlah aku debu, dan tebarkanlah debu itu biar di terpa angin laut. Demi Allah, seandainya Rabbku telah menentukan adzabku, tidaklah akan ada yang dapat mengadzabku." Beliau kembali bersabda: "Kemudian mereka melaksanakannya, lantas di katakanlah kepada bumi; "Kembalikanlah apa yang telah kamu ambil." Maka tiba-tiba orang tersebut telah berdiri, lalu di tanyakan kepadanya; "Apa yang mendorongmu melakukan perbuatan itu?" lelaki itu menjawab; "Karena takut kepada-Mu wahai Rabbku." Maka ia pun di ampuni."


Musnad Ahmad 10704: Telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Hisyam berkata; telah menceritakan kepada kami Syaiban Abu Mu'awiyah berkata; telah menceritakan kepada kami Firas bin Yahya Al Hamdani dari 'Athiyyah Al 'Aufi dari Abu Sa'id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang laki-laki masuk ke dalam surga padahal ia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Ia berkata kepada keluarganya ketika datang kematian kepadanya; 'Jika aku meninggal maka bakarlah jasadku, kumpulkan abuku dan buanglah sebagiannya ke dalam laut dan sebagian lagi ke daratan, ' maka Allah pun memerintahkan kepada daratan dan laut untuk mengumpulkannya, lalu mereka pun mengumpulkannya. Kemudian Allah berfirman; 'Apa yang mendorongmu melakukan itu? ' ia berkata; 'Rasa takutku kepada-Mu, '" beliau bersabda: "Maka iapun diampuni."


Sunan Darimi 2692: Telah mengabarkan kepada kami An Nadlr bin Syumail ia berkata; Telah mengabarkan kepada kami Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dahulu ada seorang hamba Allah di antara hamba-hambaNya yang tidak menganut agama Allah dan hidup hingga dari masa ke masa. Lalu ia menyadari bahwa dirinya belum menyimpan kebaikan di sisi Allah. Ia pun memanggil anak-anaknya seraya berkata; Ayah macam apa yang kalian ketahui tentang aku ini? Mereka menjawab; Yang terbaik, wahai ayahku. Ia berkata; Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkan harta pada salah seorang dari kalian yang bersumber dariku, kecuali aku mengambil harta itu dari kalian atau kalian harus melakukan apa yang aku perintahkan." Beliau melanjutkan: "Lalu ia sumpah kepada mereka, demi Rabbku. Ia berkata; Jika aku mati maka bawalah dan bakarlah aku dengan api hingga ketika aku telah menjadi arang, tumbuklah kemudian tebarkanlah aku di angin." Beliau melanjutkan lagi: "Ketika ia mati, demi Rabb Muhammad, mereka pun melakukan perintah itu. Kemudian ia didatangkan ke hadapan Rabbnya dalam keadaan yang terbaik dari keadaannya yang pernah ada. Dia berfirman: Apa yang mendorongmu dibakar dengan api? Ia menjawab; Rasa takutku kepadaMu ya Rabb. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mendengarmu sebagai seorang yang takut kepadaKu." Beliau mengatakan: "Ia pun diterima taubatnya." Abu Ahmad berkata; Yabta`ir artinya menyimpan. (Husai Salim Asad Ad Daroni: Isnadnya Jayyid)

Kamis, 10 Maret 2016

Sisi Pendidikan Adab di Dalam Konsep Ekonomi Islam

Ahmad Musyaddad
Sisi Pendidikan Adab di Dalam Konsep Ekonomi Islam
(Catatan hari ini)

Pendidikan adalah suatu proses membentuk dan membangun kepribadian seseorang atau sekelompok orang secara bertahap hingga sampai pada batas sempurna. Sementara adab memiliki makna kehalusan budi pekerti, akhlak dan sikap. Adab tidak hanya terbatas pada perangai yang ditampakkan oleh seseorang di hadapan orang lain. Apa yang tampak dari kesopanan, santun, tutur kata dan tingkah laku yang mulia itu hanyalah bagian dari adab. Islam memaknai kata adab lebih luas dari apa yeng telah disebutkan, sebab kata adab sendiri merupakan kata kunci di dalam keberislaman kita.
Adab di dalam Islam meliputi orientasi hati yang merupakan gerak batin dan perangai mulia yang merupakan tampakan lahir. Dengan demikian, adab haruslah dipahami secara komprehensif sebagai usaha mencapai ridha Allah SWT dan memberikan manfaat bagi manusia yang lain.
Pada dasarnya, segala tuntunan yang ada di dalam syari’at Islam memiliki peranan yang utama di dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Ibadah yang bersifat mahdhah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji, selain merupakan hubungan yang berdimensi vertikal antara seorang hamba dengan Allah sebagai penunaian suatu kewajiban, juga menjadi instrumen yang bersifat vital dalam rangka mengokohkan jati diri dan karakter hamba tersebut.
Sejatinya, ibadah-ibadah tersebut dapat membangun kedisiplinan, mengasah kepekaan sosial, mengukuhkan peranan amal jama’i (kerja kolektif) dan melahirkan pribadi-pribadi dengan karakter dan kepribadian yang mulia.
Demikian juga jika kita berbicara dalam konteks ekonomi Islam. Syari’at Islam meletakkan seperangkat tuntunan didalam bertransaksi, berproduksi, mengkonsumsi dan mendistribusikan harta. Bahkan sebelum itu semua, Islam membangun paradigma yang unik tentang harta itu di benak setiap orang yang beriman, bahwa harta adalah titipan Allah SWT. Allah berfirman, “Dan berikanlah mereka dari harta yang dikaruniakan Allah kepada kalian” [QS. an-Nur: 33]. Paradigma ini sama sekali tidak pernah terbangun di dalam sistem-sistem ekonomi yang pernah dianut oleh manusia, baik sosialis maupun kapitalis.
Dengan sepenuh kesadaran bahwa harta adalah titipan Allah, maka seorang muslim akan terdorong untuk berusaha memelihara harta tersebut dengan cara yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah yang telah menitipkan harta tersebut. Inilah yang kemudian mengarahkan hati-hati mereka untuk memperhatikan kewajiban berzakat, memberikan sedekah dan infak terbaik dari harta tersebut. Hal ini juga yang menjadikan mereka senantiasa menafkahkan harta itu di jalan yang baik, tidak boros, tidak tabdzir (membelanjakannya untuk sesuatu yang haram) dan tidak membelanjakannya untuk sesuatu yang sia-sia atau bahkan merusak kepribadiannya sebagai seorang muslim.
Allah SWT juga menegaskan paradigma lain tentang harta, bahwa ia adalah qiyam (penyangga) dan yang meneguhkan kehidupan dan agama. Harta itu adalah pokok kehidupan bermasyarakat dan pilar yang menyangga keberlangsungan suatu umat. Oleh sebab itu, Allah melarang hambaNya untuk memberikan penguasaan harta kepada seseorang atau sekelompok orang yang tidak memiliki kapasitas dan kredibelitas di dalam hal mengelola finansial. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berikan kepada para sufaha’ (orang-orang yang lemah) harta kalian yang menjadi pokok kehidupan kalian”. Ayat ini berbicara dalam konteks harta anak yatim dan mahar bagi seorang mempelai wanita.
Coba kita perhatikan dengan cermat, jika dalam konteks yang sangat privat saja Allah melarang hambaNya menguasakan harta tersebut kepada anak yatim maupun wanita yang lemah dalam urusan harta, bagaimana dengan menguasakan harta tersebut untuk dikelola oleh suatu institusi yang berpotensi memusuhi kebenaran, menindas umat Islam dan melumpuhkan sendi-sendi ekonomi syari’ah?
Syari’at yang mulia ini juga mengatur cara yang tepat untuk memperoleh harta. Di dalam perspektif Islam, harta yang diperoleh dari jalan yang tidak sesuai dengan tuntunan syari’at, sekalipun nominalnya besar hanya akan mendatangkan kegelisahan dan petaka bagi pemiliknya. Sebaliknya, harta yang dihasilkan dengan cara yang amanah dan profesional, akan menjadi harta yang berkah, akarnya terhujam kokoh di bumi dan cabang-cabangnya menjulang membentang di langit. Itulah harta yang berkah, harta yang menggerakkan pemiliknya untuk menginvestasikannya demi tegaknya agama Allah. Harta yang baik, kata Nabi saw adalah harta yang berada digenggaman tangan orang-orang shaleh (HR. Ibnu Abi Dunya).
Oleh sebab itu, di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw, terdapat larangan yang tegas untuk memakan harta yang dihasilkan dengan jalan korupsi, risywah (suap), riba, pungutan liar, menipu, upah dari pekerjaan yang haram, seperti zina, perdukunan, perjudian dan lain sebagainya. Dan penting untuk dipahami dengan cermat, bahwa antara memakan harta riba tidak berbeda dengan memakan harta hasil mencuri, begitu juga memakan harta hasil pungutan liar maupun menipu orang lain sama haramnya dengan memakan harta hasil berzina maupun berjudi.
Dengan pemahaman yang integral seperti ini, seorang muslim akan lebih terbentuk karakternya dalam bekerja. Seorang muslim yang jiwanya telah tercerahkan dengan iman dan ilmu tentang harta yang boleh dan tidak boleh dia konsumsi akan senantiasa beradab di dalam bekerja dan adil di dalam berusaha. Dia akan pantang melakukan tindakan yang tidak amanah, dia akan senantiasa memiliki etos kerja yang baik dan akan memiliki tingkat kepekaan yang tajam terhadap segala bentuk tindakan dan ungkapan yang mampu mengeruhkan keberkahan harta yang akan diperolehnya. Semua ini terjadi, karena adab itu sudah melekat di dalam dinding jiwa orang tersebut, di mana ia lahir dari keimanan terhadap Allah yang senantiasa memantaunya. Selain itu, hal tersebut merupakan buah manis dari keberislaman seseorang secara benar yang terbangun di atas pondasi ilmu dan pemahaman yang konprehensif tentang makna adab di dalam ekonomi Islam.
Dalam konteks distribusi harta, Allah sama sekali tidak menghendaki perputaran harta itu hanya terjadi pada segelintir orang kaya. Allah tidak menginginkan terjadinya kesenjangan yang menganga antara kelompok kaya dan kaum dhu’afa. Oleh sebab itu, selain memberikan syari’at berkonsumsi, Allah juga memberikan seperangkat tuntunan yang menjamin keberlangsungan hidup orang miskin dan menjamin eksistensi proyek-proyek kebaikan di muka bumi. Allah syari’atkan zakat, infak dan sedekah agar orang-orang miskin dapat terangkat dari kemiskinannya. Allah turunkan ayat-ayat jihad dengan selalu menghimpun antara kekuatan jiwa dengan kekuatan finansial, sebagai bentuk pemeliharaan terhadap keberlangsungan dakwah dan proyek kebenaran. Sebagaimana Allah turunkan ayat-ayat warisan, agar keluarga muslim menjadi keluarga yang kuat, tidak hanya pada sisi keyakinan, namun juga secara finansial. Semua itu jika direnungkan, akan memupuk kepribadian dan karakter yang kuat bagi diri-diri kaum muslimin.
Demikian konsep ekonomi Islam menggariskan pembentukan nilai yang tinggi dan etika yang luhur dalam kehidupan. Tiadalah syari’at ini diturunkan oleh Allah SWT, melainkan untuk menjadi maslahat dan manfaat bagi manusia itu sendiri. Dan Allah tundukkan segala yang ada di muka bumi ini untuk manusia agar mereka senantiasa merealisasikan ibadah dengan segala maknanya hanya kepada Allah SWT. Agar seseorang tidak hanya beradab kepada sesama manusia, akan tetapi juga lebih beradab terhadap Tuhannya manusia.

SEKIAN

Mekah, 29 Jumadal Ula 1437 H
Ahmad Musyaddad Lc. MEI

Jumat, 04 Maret 2016

Ahmad Musyaddad

Hidup Rukun dan Bersatu padu
(Suatu catatan dari Mimbar Masjidil Haram. Disarikan dari khutbah jum'at Syeikh Sholeh Humaid)

Adanya perbedaan selera dan rasa, daya tangkap dan kecerdasan, tabiat dan karakter, serta tingkat kepuasan adalah sunnatullah dalam kehidupan.
Setiap orang memiliki persepsi dan pandangannya masing-masing. Dia tidak dapat dikekang oleh siapapun. Seseorang tidak bisa memaksanya untuk meyakini sesuatu yang tidak dia yakini. Sesuatu yang dianggap baik buat seseorang, belum tentu baik pula bagi orang lain.
Sebagian orang pantas hidup dalam keadaan berada, sebab jika dia miskin, boleh jadi dia ingkar kepada Pencipta. Sebaliknya, ada juga yang patut hidup dalam kondisi pas-pasan. Sebab jika dia kaya, boleh jadi itu menjadi petaka baginya.
Sahabat..
Indahnya pelangi itu karena warna-warni yang mengitarinya. Variasi warna yang membauri sebuah lukisan, membuat ia semakin mempesona dipandang mata. Demikian halnya jemari yang melengkapi tangan kita, diciptakan berbeda karena fungsinya yang tidak sama.
Saudara. .
Dari sini kita bertolak, kita menyadari bahwa perbedaan manusia sama sekali bukanlah agar seseorang berbangga diri dari yang lain, satu suku merasa lebih baik dibanding suku yang lain, ataupun satu pandangan dianggap lebih hebat dari selainnya. Perbedaan itu tercipta, karena manusia perlu saling melengkapi, saling bersinergi, berkompetisi dalam kebaikan dan saling meringankan.
Sahabat...
Ukuran seseorang dikatakan lebih baik dari orang lain hanyalah karena TAKWA, tidak yang lainnya.
Sungguh sikap bijak itu adalah ketika kita mampu berinteraksi dengan baik, berfikir terbuka dan tidak inklusif dengan keragaman yang ada. Sebab keragaman itu adalah sunnatullah. Frame-frame yang sempit hanyalah akan menghasilkan pilihan-pilihan sempit pula. Memahami orang lain bukan berarti harus menerima pendapatnya. Jika anda tidak berbeda, tentu orang lain juga tidak berbeda. Dan jika ada dua orang yang persis sama, tentu salah satu dari keduanya tidak akan berguna.
Sahabat...
Kerukunan dan kondisi saling memahami itu lahir dari rasa persaudaraan yang kuat, jiwa yang bersih, dada yang lapang, sikap senasib sepenanggungan, cinta, kasih sayang dan saling bernasihat dalam kebenaran dan kesabaran.
Kerukunan itu adalah pengakuan terhadap eksistensi hidup di dalam bingkai masyarakat yang satu, tempat yang satu dan keinginan yang satu. Kerukunan itu lahir karena adanya agama, kewibawaan, rasa malu, harapan dan kekhawatiran yang sama.
Sahabat...
Siapapun kita, menanamkan sikap tenggang rasa dan hidup rukun adalah pendorong prestasi dan cita-cita kita, baik secara pribadi maupun kolektif. Dengan semangat ini kita mampu menyibak segala rintangan dan hambatan yang ada di hadapan kita. Oleh karena itu, kita mesti berusaha untuk senantiasa mengikat hati dan menyatukan jiwa.
Ada satu kaidah yang mesti kita camkan di dalam konteks hidup bermasyarakat. Bahwa mengambil hati itu jauh lebih didahulukan daripada menyatukan sikap dan pandangan. Menyatukan hati itu lebih utama daripada menyatukan gagasan.
Sahabat...
Mari kita bercermin kepada sirah Nabi saw.
Ketahuilah, bahwa syariat ini dengan seperangkat hukumnya tidaklah turun, melainkan setelah masyarakat muslim (Muhajirin dan Anshar) sudah berada dalam kondisi stabil, berbaur dengan seluruh entitas yang ada di Madinah. Para ulama menyebut, bahwa salah satu dari maqashid hijrah adalah untuk membangun tatanan masyarakat islami yang bernaung di bawah naungan Negara Islam.
Masyarakat Madinah saat itu adalah cerminan masyarakat yang hidup rukun, meskipun ada perbedaan keyakinan di dalamnya. Di sana ada kaum muslimin, orang-orang munafik, Yahudi dan lainnya.
Bahkan ketika orang-orang munafik sudah kelewat batas di dalam menistakan Islam, para sahabat meminta izin kepada Nabi untuk memerangi mereka, namun sang Nabi saw hanya berkata, "Aku khawatir orang-orang kafir itu nanti akan berkata bahwa Muhammad membunuhi sahabatnya sendiri". Betapa agungnya ungkapan ini.
Potret kehidupan para sahabat adalah contoh sangat ideal bagi sikap saling memahami dalam keberagaman. Mereka menutup rapat aib saudaranya. Tidak ada tindakan mencari-cari cacat dan salah orang lain. Mereka berkonsentrasi membimbing manusia menuju jalan petunjuk.
Mereka tidak suka mengumbar kesalahan para ulama. Jikapun itu harus dilakukan, maka hal itu untuk menjelaskan kebenaran, dan dalam konteks tarjih (memilih yang lebih tepat) bukan tajrih (menjatuhkan nama baik).
Bahkan sang Nabi saw pernah bercerita bahwa beliau pernah menyaksikan satu kesepakatan yang lahir dari sebuah koalisi tokoh-tokoh Quraish. Beliau bertutur, "Aku menyaksikan suatu koalisi di rumah Abdullah bin Jud'an. Koalisi semacam ini lebih aku sukai daripada unta merah (harta yang sangat berharga). Kalaulah di dalam (masa) Islam aku diajak untuk mengikutinya, maka sungguh aku akan menghadirinya." Koalisi tersebut tiada lain menghasilkan kesepakatan untuk membantu orang yang terzalimi, menjaga hak masyarakat, memelihara kemaslahatan umum dan menolong orang yang lemah.
Sahabat...
Berinteraksi secara bijak itu adalah bergaul dengan semua lapisan masyarakat, tidak terbatas pada agama maupun mazhab tertentu. Sebab diperlakukan dan dimuamalahi secara baik merupakan hak semua orang. Allah berfirman, "Katakanlah kebaikan bagi manusia" (QS. Al-Baqarah: 83)
Bermuamalah dengan bijak itu memerlukan kelembutan, sikap adil, senyum, santun, prasangka baik, penghormatan dan penghargaan kepada orang lain. Sebab anda tidak mampu menjaga diri anda sendiri, jika anda tidak memelihara saudara dan sahabat anda. Seseorang itu kecil dengan kesendiriannya, namun ia besar bersama saudara-saudaranya.
Kehidupan ini tegak karena adanya harmoni dari keberanekaragaman makhluk, bukan dengan homogenitas dan individualisme. Usaha menyamaratakan manusia dengan satu corak pemikiran, satu model cara pandang dan menafikan keberagaman adalah menyelisihi sunnatullah. Adapun membuka dialog dan diskusi, saling memahami dan sharing wawasan bukanlah dalam rangka mendikte dan memaksakan pendapat.
Sahabat, semoga kita dapat bersikap bijak dengan keberagaman yang ada, saling memahami dan merespon semuanya selalu dengan bingkai al-Quran dan bimbingan Nabi saw.

SEKIAN
Serambi Masjidil Haram, 24 Jumadal Ula 1437 H
Ahmad Musyaddad Lc.MA

Kamis, 03 Maret 2016

Yayasan Daarul Mushlihin Kendal

Dari Ibnu Umar ra, Rosululloh SAW Bersabda : "Tidak boleh iri, kecuali kepada dua hal, yakni seseorang yg di anugerahi nikmat hafal Al-Qur'an oleh Alloh SWT, lalu dia baca baik pada malam hari maupun siang hari. Dan seseorang yg dianugerahi harta oleh Alloh SWT, lalu ia infaq-kan pada malam hari maupun siang hari" (HR. Bukhori-Muslim)
.
.
.
Rekening Donasi untuk pembangunan Masjid Ar-Roudloh, Kalibogor, Sukorejo, Kendal. Jawa Tengah:
BSM : 7024026943 a/n Ahmadi
BNI Syariah : 0104908141
a/n Ahmadi ( Pembina)
BRI :7528-01-000618505 a/n Siti Baroroh (Bendahara)
MANDIRI :136-00-14597857
a/n Siti Baroroh
.
.
Ustadz Ahmadi Usman
Pembina

lokasi google maps
click gambar untuk melihat di google maps

lokasi google maps



Kamis, 25 Februari 2016

Yayasan Daarul Mushlihin Kendal

 
 
السلام ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والشكر لله على نعمة الله
اللهم صل على محمد وعلى اصحابه اجمعين : اما بعد
Yang Terhormat bapak ibu, saudara/i Rahimakumullah..
Hidup manusia pada zaman ini banyak yang kehilangan tujuan, sehingga perlu kiranya kita membangun kembali orientasi Hidup dengan apa yang tersisa dalam Hidup ini...
Sesuatu yang harus diperhatikan dan diyakini kedatangannya adalah kematian, sudahkah kita persiapkan kematian kita dengan ibadah, QS: Alhijri : 99
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Ingatkah janji kita pada Allah...
Surat al-an'aam 162:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tulisan atau ajakan ini bukan untuk kepentingan duniawi, tapi mari kita membuka peluang kehidupan untuk beramal sholeh
Selama kita masih hidup dimanapun dan kapan pun kita berada.
Hadist Rasulullah saw :
" مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ " . رَوَاهُ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْهِ
Artinya: Barang siapa menunjukan sebuah kebaikan maka baginya nilai kebaikan sebagaimana yang mengerjakannya.
Banyak kesempatan emas akhirat yang menawarkan kita bergabung didalamnya, dari yayasan, pesantren bahkan majelis ilmu dan madrasah.
Kami Yayasan Daarul Mushlihin Kendal ikut berpartisipasi untuk membangun investasi ukhrowi kita dan mengajak semua kalangan untuk berjuang dijalan Allah.
* Tanah yang kami bangun diatas tanah wakaf karena Allah..
* Perjuangan yang kami lakukan untuk menegakkan Kalimatullah ditengah maraknya pemurtadan dan penyesatan.
* Tenaga yang mengelola hidup berorientasi karena Allah
* Lembaga ini di bangun bukan untuk kepentingan duniawi, bukan untuk mengumpulkan materi apalagi untuk kepentingan pribadi.
# rencana pengkaderan ( program abadi )
1. Membangun Pesantren al Quran dan Da'wah
2. Perguruan tinggi Da'wah
3. Membangun koperasi kemandirian
4. Pusat Kesehatan Umat
5. Islamic Center
# Rencana pembangunan Fisik
( 5 tahun pertama )
1. Kantor Yayasan Daarul Mushlihin ( Ada)
2. Masjid Arroudhoh 12 x 22 M( proses pembangunan tahap Akhir)
3. Aula Serbaguna 15 x 20 M ( perencanaan)
4. Ruang Asrama 10 lokal 2 lantai satu lantai 5 lokal @ lokal 5x5 meter.( perencanaan)
5. Ruang Kuliah Kelas sama dengan lokal asrama, (perencanaan)
6. Ruang perkantoran 3 lokal @ 5x5 Meter ( Perencanaan)
7. Kamar mandi 10 lokal :
2 km aula 3 km kampus, 5 km Asrama @ 2,5 x 2 Meter (Perencanaan)
8. Dapur Ruang Masak dan Makan 10x10 Meter ( Perencanaan)
9. Pembangunan sumur artesis ( ready to use)
Untuk saat ini Tanah yang ready to build sekitar 7200 Meter.
10. Perluasan tanah wakaf yayasan untuk pengembangan sarana dan prasarana..
Semoga Allah memudahkan Rencana ibadah ini, bagi antum yang ingin bergabung bisa datang ke lokasi:
Dukuh Jatinom, Desa Kalibogor, Kec Sukorejo Kab Kendal Jateng
Contact Person:
- 081213938786
- 081574057061
- 087870469316
Atau datang ke lokasi langsung bertemu Ust Ahmad Hidayatullah
No hp : 081380662906
Dengan Rekening:
BSM : 7024026943 an Ahmadi
BNI Syariah : 0104908141
an Ahmadi ( Pembina)
BRI. :7528-01-000618505 an Siti Baroroh ( Bendahara)
MANDIRI :136-00-14597857
an Siti Baroroh
Demikian program ini kami sampaikan semoga menjadi salah satu jalan Silaturrahim yang menjadikan jalan keistiqomahan dan jalan hidayat dan rahmat dari Allah.
Wassalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
..
Hormat kami
Ahmadi Usman
Pembina Yayasan
Daarul Mushlihin Kendal